Seruni

rividia

rividia

Artikel Terbaru

Ruwat Bumi Guci 1 ~ Sekilas Prosesi Ruwat Bumi Guci

Sumber Data ini diperoleh dari prosesi tradisi ruwat bumi langsung, dokumentasi, dan para informan. Pemilihan informan tidak sembarangan, karena itu akan mempengaruhi hasil yang didapat. Informan yang dipilih yaitu seseorang yang benar mengetahui tradisi ruwat bumi.

Informan 1
Nama : H. Dakot
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 63 tahun
Pekerjaan : Petani
Keterangan : Ketua Adat
Alamat : Desa Pekandangan

Beliau ketua Adat juga sebagai pemangku adat yang dipercaya untuk memegang dan memimpin jalannya prosesi tradisi ruwat bumi. Beliau yang lebih paham tentang prosesi pelaksanaan tradisi ruwat bumi beserta perlengkapan yang dibutuhkan, bahkan beliau juga yang menentukan tanggal baik untuk pelaksanaan prosesi tradisi ruwat bumi.

Tradisi ruwat bumi dilaksanakan oleh dua Desa dari kecamatan yang berbeda yaitu Desa Guci Kecamatan Bumijawa dan Desa Pekandangan Kecamatan Bojong. Nantinya kedua desa tersebut berkumpul menjadi satu melaksanakan tradisi ruwat bumi. Menurut Abah Dakot selaku ketua adat, Desa Guci diibaratkan kunci dan Desa Pekandangan diibaratkan rumah, jadi dua desa tersebut saling melengkapi satu sama lain tidak bisa dipisahkan.

Tempat pelaksanaan tradisi tersebut di OW (Objek Wisata) Guci. OW Guci merupakan tempat wisata pemandian air panas yang sampai saat ini sudah terkenal khasiat air panasnya, yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Pada tahun sebelumnya bertempat di parkiran OW Guci, tetapi pada tahun ini pelaksanan tradisi ruwat bumi berbeda dengan tahun sebelumnya, karena adanya pandemi covid-19. Tempat pelaksanaan tradisi ruwat bumi di halaman kantor UPTD Guci. Karena meminimalisasi agar tidak terlalu banyak kerumunan. Dalam pelaksanaan tradisi ruwat bumi juga tetap menggunakan protokol kesehatan dan menggunakan masker.

Pada malam hari pelaksanaan tradisi ruwat bumi, dilaksanakan kegiatan istighozahan dan tahlil. Pagi harinya pendirian tenda dan panggung, penataan gamelan, memasang janur kuning yang berarti acara sudah dimulai, menabur bunga melati disekitar panggung dan jalan. Penyajian sesaji, seperti bunga setaman, kemenyan, kopi pahit, teh pait, pala pendem, singkong rebus, ubi rebus. Pada pagi hari pelaksanaan, acara pertama diadakannya doa bersama oleh sesepuh desa, dan juga dibacakan doa tolak bala agar terhindar dari marabahaya apapun.

Penyembelihan kambing kendit dilakukan di kaki gunung Kelir. Penyembelihan kambing kendit tersebut bertujuan sebagai persembahan untuk para leluhur khususnya leluhur Desa Guci dan Pekandangan. Darah, bibir, kuping, lidah, ekor, kaki, kambing kendit dikubur, dan sisannya untuk dimasak, lalu dibagikan ke semua warga masyarakat Desa Guci dan Pekandangan. Sehabis penyembelihan kambing kendit lalu acara tayuban atau ronggengan diiringi gamelan. Tayuban atau ronggengan ini dipersembahkan untuk para leluhur dan tidak boleh ada yang menari kecuali di kalungi dengan dadung (tali tanda mengikat).

Ruwat Bumi Guci berbeda dengan ruwat bumi daerah lain yaitu tidak ada pagelaran wayang, karena Dukuh Pekandangan sudah punya Gunung kelir, oleh 35 sebab itu tradisi ruwat bumi tidak boleh ada pagelaran wayang. Dari dulu tayuban pada tradisi ruwat bumi mempersembahkan hanya 7 lagu, sampai sekarang pun begitu. Setelah selesai tayuban kambing kendit dibawa ke tempat pemandian kambing kendit. Di tempat tersebut sudah ada beberapa tumpeng, kembang setaman, bunga melati 7 tampah, gunungan hasil bumi, air dari pancuran 7, dan berbagai sesaji. Sebelum dimulai upacara ritual memandikan kambing kendit, semua warga masyarakat yang mengikuti tradisi tersebut berkumpul, lalu dimulai dengan doa pembuka upacara ritual tersebut supaya diberi keselamatan, kelancaran dan berkah.

Orang-orang yang memandikan kambing kendit tersebut yaitu orang kesepuhan di Kabupaten Tegal, yang diawali oleh Abah Dakot selaku yang memimpin tradisi ruwat bumi, dilanjut kepala UPTD Guci, Kepala Polres Tegal, Kepala Kecamatan Bumijawa dan Bojong, Kepala Polsek Kecamatan Bumijawa dan Bojong, Kades Desa Rembul dan Pekandangan. Setelah selesai memandikan kambing kendit, semua warga yang melaksanakan tradisi ruwat bumi pergi ke pancuran 13 untuk menabur bunga. Ketua adat dan yang lainnya bergantian menabur bunga di pancuran 13, setelah itu kembali lagi di depan kantor UPTD untuk berdoa Bersama atau doa penutup upacara ritual memandikan kambing kendit.

Ada perebutan gunungan hasil bumi dari warga Desa Guci dan Pekandangan. Perebutan gunungan hasil bumi sayur-sayuran dan buah-buahan tersebut sebagai sedekah bumi untuk orang-orang sekitar dan ngalap barokahe tradisi ruwat bumi. Selain gunungan hasil bumi, warga masyarakat desa Guci dan Pekandangan bahkan dari luar daerah meminta bunga melati ruwat bumi, yang dipercaya agar mendapat barokah, usahannya diberi kelancaran dan keberkahan. Prosesi terakhir yaitu selametan, yang di mana nanti warga desa Guci dan Pekandangan berkumpul di pinggir jalan.

Semua warga membawa nasi dari rumah, entah dibuat tumpeng atau tidak. Lalu panitia membagikan masakan kambing kendit, semua warga harus mendapatkannya, tidak mendapatkan dagingnya airnya pun tidak apa-apa. Adapun nasi tumpeng, buah-buahan dan lain sebagainya. Sebelum acara makan-makan dimulai, terlebih dahulu bersama-sama berdoa untuk keselamatan, kesejahteraan, keberkahan, dihindarkan dari marabahaya apapun buat masyarakat Indonesia khususnya Kabupaten Tegal serta warga masyarakat Desa Guci dan Pekandangan.

Prosesi tradisi ruwat bumi adalah serangkaian bentuk-bentuk tradisi dan ritual yang ada dalam tradisi ruwat bumi di Desa Guci. Bentuk dan ritual tersebut yaitu istighozah, doa bersama, penyembelihan kambing kendit, tayuban atau ronggengan, upacara ritual memandikan kambing kendit, perebutan gunungan hasil bumi, selamatan.