Seruni

rividia

rividia

Artikel Terbaru

Ruwat Bumi Guci 2 ~ Bentuk bentuk Ritual

Bentuk-bentuk dalam Prosesi tradisi ruwat bumi di Desa Guci sebagai berikut :

Istighozah
Istighozah merupakan kegiatan doa bersama dan tahlilan sebelum melaksanakan tradisi ruwat bumi. Kegiatan ini dilakukan pada malam hari H sebelum tradisi ruwat bumi dilaksanakan. Doa bersama ini bertujuan meminta pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa, supaya dalam melaksanakan tradisi ruwat bumi, diberi kelancaran, keselamatan, berkah, dan tidak terhalang oleh suatu apapun. Beberapa perwakilan dari Desa Guci dan Pekandangan, Kepala UPTD Guci, para sesepuh-sespuh desa, serta panitia-panitia yang mengikuti istighozahan tersebut

Doa Bersama
Doa Bersama merupakan doa pembuka acara tradisi ruwat bumi. Kegiatan ini dilakukan ketika tradisi ruwat bumi akan dimulai. Doa dipimpin oleh Mbah Dulatif selaku sesepuh yang dipercaya dalam memimpin Doa. Doa bersama bertujuan agar tradisi ruwat bumi diberi kelancaran dan berkah, serta dihidarkan dari mara bahaya apapun. Adupun Doa Tolak Bala yang dibacakan oleh mbah Warno.

Doa tolak bala merupakan prosesi awal sebelum pelaksanaan penyembelihan kambing kendit. Orang yang membacakan doa yaitu mbah Dulatif.

Bismillahirrohmanirrohim Allahumma tolak bala ana pancabaya tekane sing lor Balika ngalor rajaima slamet laailaa haillallah Muhammadur Rosulullah Bismillahirrohmanirrohim Allahumma tolak bala ana pancabaya tekane sing kidul Balika ngidul rajaima slamet laailaa haillallah Muhammadur Rosulullah.

Bismillahirrohmanirrohim Allahumma tolak bala ana pancabaya tekane sing wetan Balika ngetan rajaima slamet laailaa haillallah Muhammadur Rosulullah Bismillahirrohmanirrohim Allahumma tolak bala ana pancabaya tekane sing kulon Balika ngulon rajaima slamet laailaa haillallah Muhammadur Rosulullah

Bismillahirrohmanirrohim Allahumma tolak bala ana pancabaya tekane sing bumi Balika ning dasare bumi rajaima slamet laailaa haillallah Muhammadur Rosulullah

Bismillahirrohmanirrohim Allahumma tolak bala ana pancabaya tekane sing abang-abang Balika ning abang-abang rajaima slamet laailaa haillallah Muhammadur Rosulullah”.

Ritual Penyembelihan Kambing Kendit
Prosesi penyembelihan kambing kendit merupakan prosesi awal sebelum melaksanakn ritual memandikan kambing kendit. Dalam tradisi ruwat bumi tahun ini terdapat dua kambing kendit dan dikalungi janur kuning yang berarti acara sudah dimulai. Satu untuk dipotong untuk slametan dan yang satunya lagi dimandikan. Tempat Penyembelihan kambing kendit berada di kaki gunung kelir. Orang yang menyembelih kambing kendit tidak sembarang. Yang sudah dipercaya untuk menyembelih kambing kendit yaitu mbah Wrno, dari ceritanya hanya beliau yang bisa menyembelih kambing kendit dan darahnya tidak kemana-mana, maksudnya darahnya langsung mengalir kebawah. Darah, kaki (Theklik), bibir, lidah, telinga, ekor kambing kendit dipendem atau dikubur, sisanya dimasak untuk slametan.

Ritual Tayuban atau Ronggengan
Tayuban atau ronggengan merupakan kegiatan yang didalamnya terdapat tarian yang diiringi dengan gamelan. Anggota yang didalamnya terdiri dari sinden, penata gamelan, dan penari perempuan. Tayuban atau ronggengan terdapat 7 babak/lagu yang dimainkan dan tidak boleh di jogedi oleh orang umum, kecuali yang dikasih ijin dan dikalungi dadung artinya mengikat. Menurut juru kunci Desa Guci tayuban atau ronggengan tersebut bertujuan untuk menghormati Nyai Gedhe Roro Kidul.

Sesaji yang ada yaitu kembang setaman, kemenyan, ubi rebus, tela rebus, siyem rebus, juada pasar, minuman 7 macam, rokok 7 macam, kopi pait, berbagai jenis pisang.

Ritual Memandikan Kambing Kendit
Ritual memandikan kambing kendit merupakan acara inti dalam tradisi ruwat bumi. Upacara ritual ini menjadi keunikan dari tradisi ruwat bumi. Kambing kendit merupakan kambing yang sulit dicari karena kambing tersebut berwarna hitam dan putih, yang dimana warna putih hanya melingkar ditengah pas perut kambing. Menurut sesepuh Desa Pekandangan warna kambing tersebut mempunyai makna mengikat dan menyatukan, Maksudnya mengikat dan menyatukan 2 Desa menjadi 1, Agar Desa tersebut selalu rukun dan Makmur dalam hal apa saja.

Kambing yang akan dimandikan diiring ke tempat pemandian yang sudah disiapkan, tahun sebelumnya bertempat di pancuran 13, karena tahun ini sedang terjadi pandemi covid19, tempat pemandian kambing kendit berada di depan kantor UPTD Guci. Perlengkapan yang sudah disiapkan yaitu 7 kendi yang berisi air dari 7 sumber mata air, 3 kendi besar dan siwur bathok dikalungi janur. Pala pendem seperti wortel, labu, siyem, terong, ganyong, angkrik, daun slada, daun kobis, sesajen yang berisi kembang setaman 7 macam, kemenyan, minuman berjenis 7 macam. Menurut ketua adat angka 7 yang berarti pitulung. Pancuran 13, Bahasa kuna orang tua bilang angka 13 itu angka sial. dihitung angka 1 dan 3 digabung menjadi 4 (Sri, Lungguh, Dunya, Lara) tempatnya orang sakit. Pancuran 13 tersebut dipercaya bisa mengobati berbagai penyakit, seperti rematik, penyakit kulit, penyakit gondog juga bisa.

Orang-orang yang memandikan kambing kendit yaitu sesepuh nomer satu di Kabupaten Tegal yang diawali abah Dakot selaku pemimpin tradisi ruwat bumi, dilanjut kepala UPTD Guci, Pak camat bumijawa dan Bojong, kepala Desa Guci dan Pekandangan, kepala Polres Tegal, polsek Bumijawa dan Bojong. Selesai memandikan kambing kendit lalu ke pancuran 13 untuk menabur bunga. Selesai ritual memandikan kambing kendit ditutup dengan doa penutup.

Perebutan Gunungan Hasil Bumi
Perebutan gunungan hasil bumi merupakan kegiatan sedekah bumi baik untuk warga masyarakat setempat dan pengunjung yang datang pada saat tradisi ruwat bumi. Perebutan gunungan hasil bumi dipercaya banyak orang agar ngalap barokah atau mendapat berkahnya dari tradisi ruwat bumi. Gunungan hasil bumi tersebut berisi sayur-sayuran seperti kacang panjang, buncis, terong, wortel, kubis, slada, kol, kentang, tomat, cabe merah, criwis, daun bawang, dan lain sebagainya. Ada juga buah-buahan seperti nanas, labu, pisang.

Hasil panen warga tersebut dihias sedemikian rupa sehingga menjadi gunungan hasil bumi yang menarik. Gunungan menjadi simbol kemakmuran, masyarakat berdoa dan berharap semoga panen mereka selalu Makmur dan bermanfaat bagi semua orang.

Selamatan
Selamatan atau bancaan ini sebagai prosesi penutup tradisi ruwat bumi. Selamatan dilaksanakan pada sore hari ba’da ashar. Semua warga masyarakat baik warga Guci ataupun pekandangan berkumpul di depan panggung. Pada acara selamatan ini ada makanan yang ditunggu-tunggu warga masyarakat Namanya nasi ponggol 7. Nasi tersebut terdiri dari campuran nasi putih dan merah, telur, cabe merah, dan bawang. Angka 7 yang berarti pitulung.

Selamatan ini kegiatan doa Bersama atau doa penutup tradisi ruwat bumi. Waktu awal prosesi juga terdapat doa Bersama atau doa pembuka. Dalam acara ini terdapat sesajen, buah-buahan, nasi ponggol 7 yang siap diperebutkan oleh semua warga masyarakat kecuali sesajen. Selamatan bertujuan agar selalu diberi keselamatan, dihindarkan dari marabahaya apapun serta diberi kelancaran kemudahan, kemakmuran, kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.